Instagram @arsy_ars

Selasa, 27 November 2012

Garis Besar Filsafat Seni



Seni merupakan salah satu lembaga yang selalu menjadi titik tolak manusia untuk menemukan kebenaran. Lembaga lainnya selain seni yaitu agama dan ilmu pengetahuan.

Menurut Jakob Sumardjo (salah seorang pelopor kajian Filsafat Indonesia), kebenaran bukanlah sesuatu yang ada dalam kesadaran kita sejak lahir. Kesadaran terhadap kebenaran harus dicari oleh setiap manusia, manusia yang memiliki tanggungjawab terhadap hidupnya dan hidup orang lain tentu memerlukan kebenaran. Kebenaran terus dicari sampai seseorang menyatakan setuju terhadap apa yang ditemukannya, (Jakob Sumardjo, 2000 : 3)

Filsafat :
Untuk menciptakan filsafat  alatnya adalah nalar, logika manusia yang bersifat spekulatif (bukan empiric), dan tak ada metode yang baku. Tujuannya adalah mencapai kebenaran yang sifatnya mendasar dan menyeluruh dalam system konseptual. Kegunaannya adalah kearifan hidup. Ciri-ciri lembaga kebenaran filsafat adalah, konseptual, logis, universal, mendasar, menyeluruh, mutlak, dan langgeng. Secara historis lembaga kebenaran ini telah dimulai sejak zaman Yunani Kuno, India Kuno, Cina Kuno, dan dijumpai di berbagai pusat peradaban purba manusia.

Seni :
Perasaan dan intuisi merupakan alat bagi seni dalam menemukan kebenaran yang paling mendasar, universal dan abadi. Dasarnya adalah pengalaman inderawi manusia yang bersifat subjektif, kebenaran pengalaman perasaan intuitif manusia ini hanya dapat dihayati dan dirasakan, dalam penghayatan itulah manusia menyentuh suatu kebenaran yang tak kuasa dijelaskan. Kualitas perasaan tersebut harus dialami sendiri oleh manusianya sehingga ia mampu menemukan kebenarannya. Oleh sebab itu Jakob Sumardjo menganggap bahwa seni erat kaitannya dengan agama dalam hal kebenaran, sebab kehadiran sesuatu yang transendental (bukan dari dunia ini yang dipercayai) dalam suatu kepercayaan dapat ditemukan dalam seni. Seni tari, seni music, seni teater, seni sastra, dan seni rupa erat kaitannya dengan manusia purba yang sering melakukan upacara-upacara kepercayaan yang menghadirkan dunia gaib melalui peristiwa kesenian. Hal tersebut terjadi karena seni bertujuan menciptakan suatu realitas baru dari kenyataan pengalaman nyata. Bentuk seni itu sendiri adalah realitas yang dihayati secara inderawi. Dengan demikian, kebenaran seni bersinggungan dengan kebenaran empiris dan kebenaran ide. Dasarnya adalah pengalaman empiris manusia, tetapi yang ditemukannya adalah realitas baru yang non-empiris.

Unsur – unsur Filsafat Seni : 

Menurut Jakob Sumardjo (2000: 29), Filsafat seni yang merupakan bagian dari estetika modern, tidak hanya mempersoalkan karya seni atau benda seni (hasil atau produk), tetapi juga aktifitas manusia atas produk tersebut, baik keterlibatannya dalam proses produksi maupun caranya mengevaluasi dan menggunakan produk tersebut.

Ada tiga pokok persoalan filsafat seni, yakni seniman atau kreator sebagai penghasil seni, karya seni atau benda seni, dan penikmat seni atau apresiator. Antara seniman dan public seni muncul konteks budaya seni, sedangkan dari unsure benda seni muncul persoalan nilai seni dan pengalaman seni. Secara lebih lengkap akan dijelaskan berikutnya.

  • Seniman

Setiap karya seni muncul dari seorang seniman, apakah karya seni itu berbobot, kurang berbobot, atau seni kelas bawah pasti muncul dari seorang seniman. Beberapa persoalan yang sering muncul terkait seniman dengan karyanya adalah kreatifitas dan ekspresi. Apakah yang dimaksud kreatifitas? Apa pula yang dimaksud dengan ekspresi? Dan apa bedanya dengan refresentasi? Bagaimana masalah gender dalam berkesenian? Apa bedanya seniman dengan pengrajin, tukang, dan desainer? Bagaimana pribadi seniman tampak dalam karyanya yang menimbulkan beragam gaya, dan aliran dalam seni?

Seniman menekankan pada aspek ekspresi, kreasi, orisinalitas, intuisi, imajinasi, ide, konsep, keterampilan dan referensi.

  • Karya Seni/Benda Seni

Karya seni adalah hasil proses kreasi seniman berwujud visual dua dimensi maupun tiga dimensi (Seni rupa, patung, lukis, desain, arsitektur), wujud audio (music dan sastra), audio visual (Film, teater, seni tari) yang dapat dinikmati atau diapresiasi melalui berbagai indra yang dimiliki oleh manusia. Benda seni atau karya seni terkait erat dengan medium atau bahan yang digunakan dalam menciptakan karya seni tersebut. Beberapa pertanyaan yang biasa muncul terkait karya atau benda seni adalah apakah akrya seni merupakan peniruan kenyataan (istilah Plato mimesis) atau merupakan ekspresi jiwa seniman. Persoalan subjektifitas dalam seni (ekspresi) dan objektifitas (mimesis) berlangsung di lingkungan penciptaan (seniman). Persoalan lainnya adalah seni tinggi dan seni rendah, seni eksklusif dan seni pinggiran, istilah Sanento Yuliman “seni rupa bawah dan seni rupa atas”

Karya seni atau benda seni menekankan pentingnya aspek bentuk, material, struktur, symbol, dan estetika.

  • Publik Seni/Apresioator

Publik seni adalah masyarakat luas yang berasal dari latar belakang social dan ekonomi berbeda. Publik seni penting sebab seni bukan hanya masalah seniman dan karya seninya, melainkan bagaimana karya seni dapat berkomunikasi atau berdialog dengan orang lain. Agar karya seni dapat berdialog secara baik dengan masyarakatnya, maka diperlukan seorang curator atau kritikus yang menjelaskan secara lebih obyektif tentang struktur estetika dan makna sebuah karya seni.

Seorang seniman disebut seniman oleh masyarakatnya sebab status yang diperjuangkannya. Walaupun tidak seluruh masyarakat dapat diklaim sebagai public seni, namun sebagian besar masyarakat yang pernah dan berkeinginan menikmati karya seni dapat menjadi bagian dari public seni. Publik seni tertentu seperti kolektor dan para konsumen seni sangat berperan dalam menentukan status dan kelas dari seorang seniman.

Publik seni menekankan pada aspek apresiasi, interpretasi, evaluasi, konteks, pengalaman, pengetahuan, penghargaan, dan respon dari public.



Pengertian Filsafat dan Seni :

Clive Bell, seorang filsuf seni klasik modern, seni adalah significant form (bentuk bermakna), menurutnya, semua system estetik dimulai dari pengalaman pribadi subjek tentang terjadinya emosi yang khas, ketika sesoorang melihat karya seni (seni lukis), dalam dirinya akan timbul suatu perasaan atau emosi yang khas, yang tidak sama dengan dengan perasaan sehari-hari kita seperti marah, sedih, gembira, mulia, dll. Perasaan khas tersebut disebut emosi estetik yang muncul dari penangkapan atas struktur estetika karya seni.
Leo Tolstoi (1828-1910) Sastrawan Rusia terkemuka

Menurut Prof. Dr. Sudjoko, dalam bahasa jawa dikenal kata kagunan atau pakaryan yang menunjuk pada kata seni.

Kamus Belanda-Melayu susunan Klinkert, seni alias kunst mempunyai pengertian khidmat, ilmu, pengetahuan, kepandaian, dan ketukangan.


  • Seni sebagai ekspresi :
Sering kita mendengar istilah seni sebagai media ekspresi, apa yang dimaksud dengan ekspresi ? serta bagaimana seorang seniman mengekspresikan perasaannya dalam karya seni?. Ekspresi adalah sesuatu yang dikeluarkan, seperti cairan gula yang dikeluarkan oleh tebu yang diperas, tindakan mengamuk yang dilakukan sesoorang yang ditekan perasaan marah, atau sikap memeluk dan membelai yang dikeluarkan oleh dua insan yang dilanda gejolak cinta.

Dalam seni, perasaan harus dikuasai terlebih dahulu sebelum diekspresikan dalam wujud karya. Perasaan harus dijadikan objek, diatur, dikelola, dan diendapkan sebelum diwujudkan atau diekspresikan dalam bentuk karya seni.

Darimana sumber perasaan yang diekspresikan muncul? Perasaan merupakan respon individu terhadap sesuatu diluar dirinya, yakni lingkungan sekitarnya, persaan juga bersumber dari gagasan dan ide individu seorang seniman. Untuk mengekspresikan perasaan tersebut diperlukan keterampilan seniman dalam mengolah media untuk mewujudkan ekspresi tersebut secara lebih sempurna, semakin tinggi keterampilan seniman maka semakin sempurna pula kualitas perasaan yang diekspresikan tersebut, dan semakin tinggi kualitas ekspresi perasaan akan menjadikan bobot karya seni yang dihasilkan juga semakin tinggi.
Karya seni lahir karena ada seniman yang menghadirkan karya tersebut.

Menurut Jacob Sumardjo (2000:79), Karya seni adalah kerja yang serius, sama seriusnya dengan ilmuwan mencari kenyataan baru dari gejala alam. Perlu ada kerja keras, pengamatan data, butuh ketajaman intuisi dalam melihat kebenaran dibalik permukaan, perlu penguasaan tekni seni yang tinggi dan cerdas, agar dapat menghasilkan karya seni yang yang berkualitas, baik mimesis maupun imajinatif idealis. Cara memandang dunia boleh berbeda, cara mencari kebenaran boleh berbeda, tetapi tetap dituntut adanya karya yang memberikan sumbangan terhadap peningkatan kualitas hidup manusia.

  • Seni sebagai benda :
Dalam seni rupa, penggolongan seni secara umum dibagi dua, seni murni (pure art/fine art) dan seni pakai (apllied Art). Pure Art atau seni murni adalah seni yang diciptakan semata-mata untuk dinikmati estetika dan keindahannya, misalnya lukisan, patung, seni grafis, seni pahat, seni music, seni balet dan beragam seni lainnya yang dibuat tanpa adanya unsure fungsional yang langsung berhubungan dengan fisik manusia. Jenis seni seperti ini pada saman yunani romawi digolongkan sebagai seni halus atau istilah Sanento Yuliman sebagai seni rupa atas. Menurut Jakob Sumardjo seni semacam ini digolongkan sebagai seni besar (major art) sebab dianggap sebagai seni bagi kaum yang merdeka. Para pencipta dari jenis seni inilah yang diklaim sebagai seniman.

Sedangkan applied art atau seni pakai adalah seni yang diciptakan dengan tujuan agar memiliki fungsi secara langsung bagi kehidupan manusia, disamping itu juga memiliki estetika sebagai penunjang. Sebagian karya Applied art kemudian berkembang dengan istilah desain, dimana tuntutan kebutuhan masyarakat atas jenis seni ini yang semakin tinggi sehingga aspek komersialisasinya dapat memberi jaminan kesejahteraan yang lebih baik bagi para kreatornya atau desainernya. Karya-karya seni applied art seperti mebel, tapestry, batik, busana, kerajinan souvenir, keramik, kriya, desain interior, desain produk, desain grafis, dan aneka desain lainnya. Para creator atau pencipta seni ini lebih sering disebut sebagai tukang, pengrajin, atau desainer.

  • Seni sebagai nilai :
Secara subjektif seni yang bernilai sangat relatif, tergantung kecenderungan selera masing-masing penikmat. Sesoorang dari kampung atau desa yang setiap hari mendengar music dangdut tentunya menganggap music dangdut lebih bernilai dibanding music jazz atau music rock, atau menilai lukisan pemandangan yang cantik dengan gunung, matahari, laut, dan pohon kelapa di dalamnya jauh lebih bernilai dibanding lukisan ekspresionisnya Affandi, atau lukisan surealisnya Salvador Dali. Demikian pula sebaliknya, ketika orang kota dari kalangan ekonomi atas tentunya memiliki selera berbeda dalam memandang sebuah karya seni yang bernilai tinggi dan karya seni bernilai rendah.

Nilai adalah esensi, pokok yang mendasar, yang akhirnya dapat menjadi dasar-dasar normatife. Ini diperoleh lewat pemikiran murni secara spekulatif atau lewat pendidikan nilai. Nilai sebagai esensi, dalam seni dapat masuk ke dalam aspek intrinsik seni, yaitu struktur bentuk seni. Tetapi juga dapat masuk dalam aspek ekstrinsiknya berupa nilai dasar agama, moral, social, psikologi, dan politik.

Menurut Jacob sumardjo (2000:142) Seni adalah masalah nilai. Dan nilai adalah masalah mendasar yang bias ditemukan dalam bidang etika (kebaikan), kebenaran (logika), dan estetika (keindahan), disamping keadilan, kebahagiaan, kegembiraan. Semua hal itu menyangkut subyejtifitas dan objektifitas sekaligus, menyangkut hal-hal khusus dan universal, budaya kontekstual dan esensi universal.

Nilai-nilai dasar dalam seni menurut Jacob Sumardjo (2000:140) 
  1. Nilai penampilan (appearance), atau nilai wujud yang melahirkan benda seni. Nilai ini terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur
  2. Nilai isi (content), terdiri atas nilai pengetahuan, nilai rasa, intuisi atau bawah sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan atau nilai hidup (values) yang dapat terdiri atas nilai moral, nilai social, nilai religi, dll. 
  3. Nilai pengungkapan (presentation) yang dapat menunjukkan adanya bakat pribadi sesoorang, nilai keterampilan, dan nilai medium yang dipakainya. Semua dasar-dasar nilai tersebut menyatu padu dalam wujud seni dan tak terpisahkan, hanya dapat dibedakan bagi kepentingan analisis seni oleh para kritikus.

  • Seni sebagai pengalaman :
Secara sederhana, pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, atau peristiwa yang telah dilalui dalam kurung waktu tertentu, dalam hal ini suatu pengalaman memiliki awal dan akhir namun dapat menciptakan suatu kesatuan yang utuh.

Pengalaman sangat besar peranannya dalam membentuk karakter dan paradigm sesoorang dalam bersikap, bertindak maupun dalam mengapresiasi karya seni. Dalam hal ini ada pepatah bijak mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik (experience is the best teacher). Sebuah perusahaan periklanan lebih menyukai desainer grafis yang berpengalaman dibanding desainer pemula, dan sebagian besar lowongan kerja untuk perusahaan swasta selalu mencantumkan kata-kata “diutamakan bagi yang berpengalaman dalam bidangnya”. Dalam memandang karya seni yang sama bias menimbulkan beragam perbedaan disebabkan pengalaman yang dimiliki para penanggap seni tersebut juga berbeda. Dalam hal seni, asumsinya adalah semakin banyak pengalaman seni sesoorang maka kualitas apresiasi terhadap karya senipun akan semakin tinggi, dan semakin kurang pengalaman seninya maka kualitas apresiasinyapun cenderung lebih rendah. Yang jelas seluruh manusia dapat dipastikan memiliki pengalaman seninya masing-masing.

Dalam ilmu seni, pengalaman dengan benda seni dinamai pengalaman seni atau pengalaman estetik atau respon estetik. Istilah ini biasanya dibicarakan dalam hubungannya dengan penikmat seni. Pengalaman seni adalah pengalaman yang dialami oleh penikmat seni atau penanggap seni. Seperti dalam pengalaman sehari-hari, maka pengalaman seni juga merupakan suatu pengalaman utuh yang melibatkan perasaan, pikiran, penginderaan, dan berbagai intuisi manusia.

Terjadinya pengalaman seni terhadap sebuah benda seni sangat bergantung pada penanggap seni tersebut. Pengalaman seni, atau seni itu sendiri, sebenarnya ada dalam diri sipenanggap, bukan pada benda seni tersebut. Seni terdapat dalam relung-relun jiwa setiap orang, jiwa seni setiap orang terbangkitkan oleh rancangan benda seni. Oleh sebab itu seorang ahli estetetika Beneditto Croce mengatakan bahwa benda seni itu tak ada, yang ada adalah pengalaman seni yang terdapat dalam jiwa para penanggap seni. Dengan demikian, pengalaman seni baru terjadi kalau penanggap aktif membangun atau menciptakan sendiri pengalamannya terhadap benda seni.


http://irfankadir.wordpress.com/2009/11/14/garis-besar-materi-filsafat-seni-pertemuan-i-vii/

 

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Instagram

Instagram

About Me

Foto Saya
Arsy Amalia
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Menurut saya Hidup itu indah layaknya sebuah karya seni. Saya menyukai dan tertarik pada apapun yang termasuk dalam bidang Seni. Saya pun hoby menggambar traditional maupun digital. Ayo kita share hal2 yang berkaitan dengan Seni di blog saya ini.. ^^
Lihat profil lengkapku

Pengikut